12/27/2015

TUJUH UNSUR KEBUDAYAAN DI KOTA SEMARANG


Pengertian Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, Kebudayaan berarti hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
7 Unsur Kebudayaan Universal Menurut Koentjaraningrat

Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur unsur yang bersifat universal. Unsur unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa bangsa di dunia. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal yaitu:
  1. Bahasa
  2. Sistem Pengetahuan
  3. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
  4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
  5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
  6. Sistem Religi
  7. Kesenian
Dalam tulisan ini saya akan membahas satu persatu dari 7 unsur kebudayaan tersebut.

 1. Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.
Di Kota Semarang Bahasa yang sering digunakan yaitu Bahasa Jawa Semarang yang merupakan dialek Bahasa Jawa yang dituturkan di Karesidenan Semarang. Dialek ini tak banyak berbeda dengan dialek di daerah Jawa lainnya. Letak daerah Semarang yang secara geografis merupakan daerah heterogen karena meliputi wilayah pesisir dan pegunungan membuat dialek yang dipakai memiliki kata ngoko, ngoko andhap dan madya di Semarang ada pada zaman sekarang.
Frasa: "Yo ora.." (Ya tidak) dalam dialek semarang menjadi "Yo orak too ". Kata ini sudah menjadi dialek sehari-hari para penduduk Semarang.
Contoh lain: " kuwi ugo" (itu juga) dalam dialek Semarang menjadi "kuwi barang" ("barang" diucapkan sampai sengau memakai huruf h "bharhang").
Para pemakai dialek Semarang juga senang menyingkat frasa, misalnya Lampu abang ijo (lampu lalu lintas) menjadi "Bang-Jo", Limang rupiah (5 rupiah) menjadi "mang-pi", kebun binatang menjadi "Bon-bin", seratus (100) menjadi "nyatus", dan sebagainya. Namun tak semua frasa bisa disingkat, sebab tergantung kepada kesepakatan dan minat para penduduk Semarang mengenai frasa mana yang disingkat. Jadi contohnya "Taman lele" tak bisa disingkat "Tam-lel" juga Gedung Batu tak bisa menjadi "Ge-bat", dsb.    Namun ada juga kalimat-kalimat yang disingkat, contohnya; "Kae lho pak mu Nadri" artinya "Itu lho pamanmu dari Wanadri". "Arep numpak Kijang kol" artinya akan menumpang omprengan. Zaman dulu kendaraan omprengan biasa menggunakan mobil merk "Colt", disebut "kol" maka setelah diganti "Toyota Kijang" menjadi Kijang-kol. Apa lacur kini ada yang menjadi "mercy-kol".
Adanya para warga/budaya yang heterogen dari Jawa, Tiongkok, Arab, Pakistan/India juga memiliki sifat terbuka dan ramah di Semarang tadi, juga akan menambah kosakata dan dialektik Semarang di kemudian hari. Adanya bahasa Jawa yang dipergunakan tetap mengganggu bahasa Jawa yang baku, sama dengan di daerah Solo. Artinya, jika orang Kudus, Pekalongan, Boyolali pergi ke kota Semarang akan mudah dan komunikatif berkomunikasi dengan penduduknya. 
Dialek Semarang memiliki kata-kata yang khas yang sering diucapkan penuturnya dan menjadi ciri tersendiri yang membdakan dengan dialek Jawa lainnya. Orang Semarang suka mengucapkan kata-kata seperti "Piye, jal?" (=Bagaimana, coba?) dan "Yo, mesti!". Orang semarang lebih suka menggunakan kata "He'e" daripada "Yo" atau "Ya".
Orang Semarang juga lebih banyak menggunakan partikel "ik" untuk mengungkapkan kekaguman atau kekecewaan yang sebenarnya tidak dimiliki oleh bahasa Jawa. Misalnya untuk menyatakan kekaguman :"Alangkah indahnya!", orang Semarang berkata: "Apik,ik!". Contoh lain untuk menyatakan kekecewaan: "Sayang, orangnya pergi!", orang Semarang berkata: "Wonge lungo, ik"!.
Partikel "ik" kemungkinan berasal dari kata "iku" yang berarti "itu' dalam bahasa Jawa, sehingga untuk mengungkapkan kesungguhan orang Semarang mengucapkan "He'e, ik!" atau "Yo, ik".
Beberapa kosakata khas Semarang adalah: "semeh" Yang berarti "ibu" dan "sebeh" yang berarti "ayah", yang dalam dialek Jawa yang lain, "sebeh" sering dipakai dalam arti "mantra" atau "guna-guna".                                                                                                                                                                                  2. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya.
                Semarang terdapat sejumlah perguruan tinggi ternama baik negeri maupun swasta.  Berdasarkan data dari DAPODIK Kota Semarang 2010/2011, perguruan tinggi di Kota Semarang:
Perguruan tinggi negeri:
·         Universitas Diponegoro (UNDIP)
·         Universitas Negeri Semarang (UNNES)
·         Politeknik Negeri Semarang (POLINES)
·         IAIN Walisongo
·         Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang (P3B/BPLP/PIP)      
·         Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang (POLTEKKES Semarang)

           Perguruan tinggi swasta:
·         Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS)
·         Universitas Katolik Soegijapranata (UNIKA)
·         Universitas STIKUBANK
·         Universitas Pandanaran (UNPAND)
·         STIE Totalwin Semarang
·         Sekolah Tinggi Ilmu Elektronika dan Komputer Semarang (STEKOM)
·         Universitas Sultan Agung (UNISSULA)
·         Universitas Semarang
·         Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG)
·         Universitas Muhammadiyah Semarang
·         Universitas Wahid Hasyim Semarang
·         Universitas AKI Semarang
·         Akademi Statistika (AIS) Muhammadiyah Semarang
·         STMIK ProVisi IT College
·         AKABA 17 Agustus 1945
·         STIE Dharma Putra
·         Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank BPD Jateng
·         Kolese PIKA

3. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.                                                                                             Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.                              
Masyarakat pada umumnya menganut sistem kekerabatan Patrinial. Yang apabila anggota keluarga (perempuan) yang menikah maka dia harus ikut suami. Masyarakat sangat tinggi solidaritasnya, sehingga dalam bekerjasama masyarakatnya saling membantu dan tidak memikirkan imbalan dari pekerjaan yang sudah dilakukan. Masyarakat juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Masyarakatterbagi menjadi tiga kelompok: kaum ningrat, priyayi, santri, dan wong cilik.
1.      Ningrat
Ningrat atau Bendara adalah kelas tertinggi dalam masyarakat Jawa. Pada tingkatan ini biasanya diisi oleh para anggota keraton, atau kerabat-kerabatnya, baik yang memiliki hubungan darah langsung, maupun yang berkerabat akibat pernikahan. Bendara pun memiliki banyak tingkatan juga di dalamnya, mulai dari yang tertinggi, sampai yang terendah. Hal ini dapat dengan mudah dilihat dari gelar yang ada di depan nama seorang bangsawan tersebut.
2.      Priyayi
Priyayi ini sendiri konon berasal dari dua kata bahas Jawa, yaitu “para” dan “yayi” atau yang berarti para kaum terdidik. Dalam istilah kebudayaan Jawa, istilah priyayi ini mengacu kepada suatu kelas sosial tertinggi di kalangan masyarakat biasa setelah Bendara atau ningrat karena memiliki status sosial yang cukup tinggi di masyarakat. Biasanya kaum priyayi ini terdiri dari para pegawai negeri sipil dan para kaum terpelajar yang memiliki tingkatan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya.
3.      Santri
Yang ketiga adalah golongan santri. Golongan ini tidak hanya merujuk kepada seluruh masyarakat suku Jawa yang beragama muslim, tetapi, lebih mengacu kepada para muslim yang taat dengan beragama, yaitu para santri yang belajar di pondok-pondok yang memang banyak tersebar di seluruh daerah Jawa.
4.      Wong cilik
Wong cilik atau golongan masyarakat biasa yang memiliki kasta terendah dalam pelapisan sosial. Biasanya golongan masyarakat ini hidup di desa-desa dan bekerja sebagai petani atau buruh.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
Kota Semarang dapat ditempuh dengan perjalanan darat, laut, dan udara. Semarang dilalui jalur pantura yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di pantai utara Pulau Jawa. Saat ini sedang dibangun jalan tol yang menghubungkan Semarang dengan Solo.
Angkutan bus antarkota dipusatkan di Terminal Terboyo, Kecamatan Genuk. Angkutan dalam kota dilayani oleh bus kota, angkot, dan becak. Pada tahun 2009 mulai beroperasi TransSemarang, yang juga dikenal dengan BRT (Bus Rapid Transit), sebuah moda angkutan massal meskipun tidak menggunakan jalur khusus seperti busway (Trans Jakarta) di Jakarta.
Semarang memiliki peranan penting dalam sejarah kereta api Indonesia. Di sinilah tonggak pertama pembangunan kereta api Hindia Belanda dimulai, dengan pembangunan jalan kereta api yang dimulai dari desa Kemijen menuju desa Tanggung sepanjang 26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Pencangkulan pertama dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr LAJ Baron Sloet van den Beele, Jumat 17 Juni 1864. Jalan kereta api ini mulai dioperasikan untuk umum Sabtu, 10 Agustus 1867. Pembangunan jalan KA ini diprakarsai sebuah perusahaan swasta Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV NISM) (terjemahan: Perseroan tak bernama Perusahaan Kereta Api Nederland-Indonesia) yang dipimpin oleh Ir JP de Bordes. Kemudian, setelah ruas rel Kemijen - Tanggung, dilanjutkan pembangunan rel yang dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), pada 10 Februari 1870. Semarang memiliki dua stasiun kereta api: Stasiun Semarang Tawang untuk kereta api kelas bisnis dan eksekutif, serta Stasiun Semarang Poncol untuk kereta api kelas ekonomi dan angkutan barang. Kereta api di antaranya jurusan Semarang-Jakarta, Semarang-Bandung, Semarang-Surabaya, Jakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang, Semarang-Tegal, dan Semarang-Bojonegoro.
Angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan Semarang dengan sejumlah kota-kota besar Indonesia setiap harinya. Sejak tahun 2008 Bandara Ahmad Yani menjadi bandara Internasional dengan adanya penerbangan langsung ke luar negri, contohnya ke Singapura dan Kualalumpur.
Pelabuhan Tanjung Mas menghubungkan Semarang dengan sejumlah kota-kota pelabuhan Indonesia; pelabuhan ini juga terdapat terminal peti kemas. Untuk memperlancar jalur transportasi ke arah kota/kabupaten di Jawa Tengah di Bagian Selatan terutama jalur padat Semarang-Solo, saat ini sedang dibangun Jalan Tol Semarang-Solo. Pada tahap pertama, pembangunan jalan tol tersebut telah dioperasikan sebagian, yaitu Semarang-Ungaran yang telah mulai digunakan tahun 2011. Saat ini, pembangunan jalan tol ruas Ungaran-Bawen sedang dilakukan.

5. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Masyarakat di daerah Semarang sebagian besar di sektor jasa yaitu sekitar 26,35%, dan sisanya bermata pencaharian seperti buruh, petani, angkutan, nelayan, pengusaha, pedagang, dan TNI serta PNS. Mereka mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif, pejabat legislatif, pejabat kementerian dan militer. Orang Semarang Utara juga banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar dan pembantu rumah tangga. Mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri terutama di negara Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, AS dan Eropa.

6. Sistem Religi

Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.                           Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan
mereka masih primitif.
             Masyarakat yang ada di Kota Semarang termasuk masyarakat yang religius. Di mana setiap individu memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini tidak lepas dari sejarah kota Semarang yang merupakan salah satu kota yang menjadi obyek persinggahan dan penyebaran agama, terutama agama Islam yang mayoritas penduduk kota Semarang beragama Islam.                                                    Dalam catatan, sejarah Kota Semarang ini didirikan oleh seorang pemuda bernama Ki Pandan Arang pada tahun 1476 M. Ki Pandan Arang inilah dalam msyarakat Semarang disebut sebagai pendiri Kota Semarang dan sekaligus menjadi bupati. Semarang yang pertama. Ki Pandan Arang diberikan izin dari Kesultanan Demak untuk membuka wilayah yang berada di sebelah barat Demak, yang belakang hari disebut Semarang. Sehingga inilah yang menjadikan mayoritas masyarakat Kota Semarang beragama Islam. Selain agama Islam, penduduk kota Semarang juga mengakut agama lain seperti Katholik, Kristen, Buddha, Hindu, Konghucu dan lain-lain.                                                                                                                                  Dalam kehidupan beragama, masyarakat Semarang juga memiliki ritual-ritual khas keagamaan yang dilaksanakan sebagai tradisi masyarakat. Selain ritual ibadah yang telah diwajibkan agama masing-masing. Ritual tersebut yang mentradisi dilakukan secara kolektif oleh masyarakat secara turun-menurun dengan tata cara tertentu. Dalam proses tersebut terjadi akulturasi antara nilai-nilai agama yang dianut dengan budaya etnik tertentu, bahkan ada yang merupakan akulturasi multikultural. Terlebih dalam sejarahnya Semarang menjadi kota banyak disinggahi dari berbagai etnis pendatang dari berbagai negara.                                  Keberagaman etnis ini tergambar dengan adanya pemukiman seperti wilayah Pacinan dan Pedamaran. Wilayah ini sekarang berada di sekita jalan Gang Pinggir sampai jalan Mataram. Pemukiman ini didirikan oleh pendatang dari daratan Cina pada masa Laksamana Chen Ho. Kemudian ada pemukiman orang-orang muslim melayu yang mendirikan pemukiman di kawasan Kampung Darat dan Kampung Melayu. Demikian juga orang muslim Arab, India, Pakistan dan Persia yang datang mendirikan pemukiman di wilayah Pakojan. Kawasan ini di sekitar jalan Kauman, jalan Wahid Hasyim sampai jalan Petek di Semarang Bagian Utara.                 Keberagaman penduduk tersebut juga membuat keberagaman kebudayaan. Setiap warga Semarang mempunyai kebudayaannya sendiri-sendiri berdasarkan negara asalnya. Namun seiring berjalannya zaman terjadi sebuah pembauran secara kultur. Seolah tidak ada batas antara kelompok masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Sehingga jadi sebuah masyarakat yang multikultul dan multietnis.                                           Keberadaan Semarang yang termasuk dalam wilayah budaya Jawa pesisiran menjadikan tempat pergumulan budaya lokal dengan berbagai ragam etnis berhasil menghasilkan mozaik budaya lokal yang plural. Tampak pada aktivitas kultur upacara atau tradisi yang berkembang. Karakter masyarakat pesisir yang bersemangat kerakyatan, terbuka, apa adanya dan religius diimplementasikan dalam bentuk tradisi, seminal sedekah laut di kampung nelayan Tambak Lorok dan Bandarjo.                                                       
Dalam hal tradisi keagamaan yang masih diselenggarakan oleh pendudukan muslim Semarang misalnya tradisi selamatan atas syukuran, Yasinan, Tahlilan, Khataman, Manaqiban, Berzanzii, Takbiran dan. Dugderan. Selain tradisi keagamaan umat Islam, di Kota Semarang juga memiliki tradisi ritual yang dikembangkan oleh warga umat yang lain. terutama dari etnik Tionghua. Semenjak berakhirnya orde baru, tradisi-tradisi budaya maupun ritual warga Tionghua kembali semarak hingga sekarang ini. Tradisi tersebut seperti arak-arakan Dewa Bumi, perayaan Imlek, arak-arakan Sam Po Kong dan larung sesaji untuk Dewa Samudra.[12].
Tradisi yang banyak menarik masyarakat Semarang dan diselenggarakan setiap tahun adalah perayaan ritual Dugderan. Dugderan ini dilakukan setiap menjelang bulan Ramadlan. Sebagai maskot dalam perayaan tradisi tersebut dihadirkan sebuah binatang khayalan yang disebut dengan Warak Ngendok yang merupakan simbol harmonisasi kehidupan budaya yang membentuk kesatuan identitas bersama dalam realitas budaya yang beragam.

7. Kesenian

Secara sederhana eksenian dapat diartikan sebagai segala hasrat manusia terhadap keindaha. bentuk kendahan yang beraneka tagam itu timul dari permainan imajinasi kreatif yang dapat memberikan kepuasan batin bagi amnusia. Secara garis besar, kita dapat memetakan bentuk kesenian dalam tiga garis besar, yaitu seni rupa, seni suara dan seni tari.
Orang Semarang terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Cerita wayang atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan Dunia Barat juga mempengaruhi seni yang berkembang di Jawa. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musikgamelan berkembang dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa. Semarang memiliki seni budaya warak ngendhok dhugdheran yang diadakan menjelang bulan Ramadhan.

Berikut ini beberapa Kebudayaan dan Kesenian Asli Kota Semarang:
·         Dugderan
Dugderan merupakan festival untuk menandai dimulainya ibadah puasa di bulan Ramadan yang diadakan di Kota Semarang. Perayaan yng telah dimulai sejak masa kolonial ini dipusatkan di daerah Simpang Lima. Perayaan dibuka oleh wali kota dan dimeriahkan oleh sejumlah mercon dan kembang api (nama "dugderan" merupakan onomatope dari suara letusan).
·         Penganten Semarangan
·         Apitan (Sedekah Bumi)
·         Kirap Pusaka Bende
·         Gambang Semarang
·         Batik Semarangan
·         Tari Semarangan
·         Kethoprak
·         Wayang Orang
·         Wayang Kulit

0 komentar:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com